Wednesday, June 17, 2009

SYAIKH ABDULLAH IBN ABDURRAHMAN AL JIBRIN



Nama dan Nasabnya


Nama dan silsilah keturunannya adalah Abu Muhammad Abdullah bin Abdurrahman bin Abdullah bin Ibrahim bin Fahd bin Hamd bin Jibrin. Silsilahnya bersambung sampai ke kabilah Bani Zaid.

Kelahirannya


Beliau lahir tahun 1349 H. di desa Muhairaqa, Qowaiea. Terletak sekitar 180 km dari ibu kota Riyad.


Pendidikan


Setelah usianya genap satu tahun, mereka pindah ke Rayan. Di kota kecil itu orang tuanya memasukkannya sekolah tahun 1358 H. Mulailah ia belajar membaca dan menulis sampai tahun 1364 H. Setelah itu ia mulai menghafal al-Quran. Sebahagian al-Quran berhasil ia hafal khususnya bagian sepertiga terakhir dan sisanya ia belajar dengan ayahnya Syaikh Abdurrahman sambil menghafal hadits nabawi yang empat puluh termasuk mempelajarinya sebagai ilmu­-ilmu dasar.


Pada tahun 1467 H, ia mengajukan permohonan belajar kepada Syaikh Abdul Aziz Sythry -rahimahulloh- agar dapat mengikuti kelas beliau ‘(menjadi muridnya), akan tapi Syaikh tidak mahu menerima murid, jika murid tersebut belum hafal al-Quran 30 juz. Akhirnya Syaikh Jibrin berusaha menghafal al-Quran hingga ia menghafalnya dengan betul, dan hafalannya selesai tepat pada penghujung tahun.


Setelah itu barulah ia belajar dengan Syaikh Sythry dengan jadwal setelah sholat Subuh, dilanjutkan lagi di waktu duha (pagi), kemudian satu jam setelah sholat Ashar dan setelah sholat Maghrib hingga masuk waktu sholat Isya. Buku-buku yang dipelajarinya pun bermacam- macam; mulai dari buku-buku ringkas seperti: Zaadul Mustaqniq, `Umdatul Kalam, al-Arba’in an-Nabawiyah, Kitabut Tauhid, Tsalatsatu Ushul, Syuruth as-Shalah, Adabul Masyi ila as-Shalah, AI Ilqidah al-Wasithiyah dan al-Hamawiyah. Untuk pelajaran Nahwu dan Shorof, ia mempelajari buku Matan AI Ujrumiyah.


Dalam hal pelajaran Faraid, ia mempelajari buku ar­Rahabiyah. Begitu juga ia belajar pakai buku-buku syarah besar, seperti buku: Subulus Salam, Syarh a!-Arba’in an-Nabawiyah karangan Ibnu Rajab, buku Tarikh karangan Ibnu Katsir berikut dengan kitab Tafsirnya, Tarsir Ibnu Jarir at-Thabari, Syarh Masa’il al-Jahiliyah karangan Mahmud al-Alusi al-Iraqi, buku tafsir an­Naisaburi yang berjudul Gharaib al-Quran, dan masih banyak lagi buku-buku syarah dan karangan-karangan ulama baik itu yang masih berupa manuskrip mahupun yang sudah dicetak. Selama masa belajar, ia tidak henti-hentinya mengulang hafalan al-Quran. Setelah ayahnya wafat, ia sholat Jum’at dan berjamaah di Masjid Raya.


Belajar ke luar daerah


Ia menamatkan pelajaran di Ma’had Imam Dakwah, Riyadh tahun 1381 H. Setelah itu ia diterima menjadi tenaga pengajar di sekolah yang sama. Ia bekerja sebagai tenaga pengajar hingga berikutnya ia diminta berpindah ke Jamiyyah Imam Muhammad bin Sa’ud Islamiyah menjadi dosen di Fakulti Syariah dan Ushuluddin tahun 1395 H, yaitu sebelum dua kuliah tersebut dipisah menjadi dua. Ia masuk sebagai staf akademik fakultas tersebut dan selama ia aktif di sana telah banyak membimbing disertasi Master.


Pada tahun 1402 H, beliau ditetapkan sebagai anggota Lajnah Da`imah, dekat dengan gurunya Syaikh Abdul Aziz bin Baz -rahimahulloh-. Semoga Alloh Subhanahu wa Ta’ala senantiasa menjaganya.


Syaikh Jibrin meraih gelar Master dari Perguruan Tinggi Kehakiman tahun 1390 H. dengan judul disertasi “Akhbar al-Aahad fi al-Hadits an-Nabawi” . Gelaran doktomya diraih dari perguruan tinggi yang sama pada tahun 1407 H. mentahqiq (investigasi) terhadap buku “Syarah az-Zarkasy ‘ala Mukhtashar al-Khuraqi” . Dalam disertasi itu ia bertugas mentaqhiq dan mentakhrij (foot­note) hadits sebanyak 7 jilid buku dan buku-buku itu sekarang dicetak dan beredar di kedai-kedai buku.


Kegiatan harian


Jadwal kegiatan harian Syaikh dimulai dari setelah shalat Subuh memberikan ceramah di salah satu masjid sampai matahari terbit, kemudian pulang ke rumah untuk istirehat. Setelah istirehat, berangkat ke pejabat Lajnah Da`imah. Di pejabat, ia menjawab pelbagai pertanyaan tentang masalah keagamaan.


Meskipun penanya-penanya itu ramai setiap hari, ia tidak pemah jemu. Ia siap membantu siapapun yang memerlukan bantuan, dan meringankan beban siapapun yang memerlukan. Ia bersedia mengangkat dering telefon penanya. Telefonnya tidak pernah berhenti berdering.
Demikianlah kesibukannya sehari-hari. Kerap kali ia orang yang paling terakhir pulang dari pejabat, bahkan ia sendiri yang mematikan lampu-lampu. Setelah shalat Ashar rumahnya terbuka untuk umum, juga ia menjawab pertanyaan-pertanyaan masyarakat tentang masalah agama. Kalau perlu, ia memberikan orientasi, atau memberikan rekomendasi bagi siapa saja yang memerlukan, sampai masuk waktu Maghrib. Kemudian, ia berangkat ke salah satu masjid di kota Riyadh untuk mengisi jadwal pengajian mingguan, mengingat jumlah jadwal pengajiannya dalam seminggu sampai sebelas kali. Setelah sha!at Isya berangkat lagi ke masjid lain, kadang mengisi pengajian, atau seminar dan lain-lain.


Demikianlah jadwal harian Syaikh yang sarat dengan muatan dakwah kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala sepanjang pekan. Semoga martabatnya ditinggikan Allah Subhanahu wa Ta’ala di sisi-Nya.


Keistimewaan Syaikh


Syaikh dikenal sebagai orang yang tawadhu (rendah hati). la sedikit bicara dan tidak akan bicara, kalau tidak kerana menjawab pertanyaan. Kalau ulama lain berseberangan pendapat dengannya mengenai suatu hukum atau fatwa syariah, dengan tawadhu ia mengatakan, “mereka adalah ulama dan kita mesti menghormatinya.” Dalam hal menanggapi pendapat ulama lain, ia tidak mau mendebat dengan cara yang kasar dan radikal. Apabila Syaikh Jibrin diundang mengisi pengajian atau ceramah agama di daerah manapun, ia tidak pernah menolak, selama dirinya tidak terikat dengan jadwal atau janji pada pihak lain. Syaikh Jibrin senantiasa berbaik sangka dan tidak pernah merasa iri terhadap siapapun dari kaum ahli sunnah wal jamaah, -sepengetahuan saya dan hanya Allahlah yang lebih tahu- ia selalu tawadhu dalam segala hal. Orang-orang yang mengenalnya pasti menyukainya karena kelapangan hatinya. Tidak mahu menolak pelajar atau mahasiswa, atau orang-orang yang minta bantuan. la penuhi permintaan mereka sendirian. Segenap waktunya adalah pengabdian kepada Allah dan agama. Hidupnya dipenuhi dengan kalimat-kalimat Allah atau dengan sabda-sabda Rasululloh ShallAllohu ‘alaihi wa Sallam.


Martabat dan ketinggian yang ada padanya, dikeranakan ketawadhuannya, mengingat hadits yang diriwayatkan Imam Muslim, Imam Turmudzi dan Imam Ahmad, “Barangsiapa yang bersikap tawadhu’, Allah pasti akan mengangkat martabatnya. ” Apalagi bagi seorang yang diberi ilmu pengetahuan, wara’ dan tawadhu’. Semoga Allah mengampuni kita semua, kita dapat meraih surga dan terhindar dari siksa neraka. ,Washallahu wa sallam `ala Muhammad wa alihi wa shahbihi.


Buku-buku karangan:


Syarh az-Zarkasyi ‘Ala Mukhtashar al-Khurafi; Dirasah wa Tahqiq.
Akhbar al-Ahad fi Hadits an-Nabawi.3. At-Ta’liqaat Ala Matn Lam’ah al-1′tiqad.
At-Ta’liqaat Ala Matn Lam’ah al-1′tiqad.
Fadhlllmi wa Wujub at-Ta’allum.
AhammiyahAl `flmi wa MakanatuAl `Ulama’.
Majmu’ Fatawa wa Rasa’il as-Syaikh Abdullah al-Jibrin.
AI-Mufid fii TaqribAhkam al-Musafir (173 hukum).
AI-Mufid fii TaqribAhkam al-Adzaan (123 hukum).
Al `llam bi Kufri Man Ibtagha Ghairu al-Islam.
As-Siraj al-Wahhaj Lil Mu’tamir wal Hajj.
As-Shiyam: Adab waAhkam.
Khawathir Ramadhaniyah.
Fatawa Adz-Dzakah.
AI-Islam baina al-GF.alw wa al-Jafa’ wa al-Ifrath wa Tafrith.
Fitan Hadza az-Zaman.
AI-Wala’ wa al-Barra’.
Haqiqatullltizam.
AI-Adab wa al-Akhlaq asy-Syar’iah.
Fatawa waAhkam fi Nabiyullah Isa ‘Alaihis Salam.
Syarh AI ‘Aqidah al-Wasatiyah.
Syarh Kitab at-Tauhid.
Fawaid min Syarh Kitab Manar as-Sabil.
Fawaid min Syarh Kitab at-Tauhid.
AI-Amanah.
AI-Hajj: Manafi’uhu waAtsaruhu.
As-Salaf Ash-Shalih baina al-Ilmu wa al-Iman.
AI-Bida’ wa al-Muhadditsat fi AI-Aqaid waAl-A’mal.
Muharramat Mutamakkinah fi Al Ummah.
AI-Jawab al-Faiq fi ar-Radd Ala Mubdil al-Haqaiq.
Asy-Syahadatan Ma’nahuma wa Ma Tastalzimuhu Kullu minhuma.
Syarh Kitab Minhaju as-Salikin.
AI-Irsyad Syarh Lam’atu AI `Itiqad.
Adapun tulisan-tulisan yang pernah diperiksa dan diberinya kata pengantar cukup banyak dan tidak terkira jumlahnya. Wallahu A’lam Bishshawwab


No comments:

Post a Comment