Tuesday, June 9, 2009

KEINDAHAN ISLAM


A. KEINDAHAN ISLAM YANG BERUPA PERINTAH-PERINTAH[1]

[1]. Islam memerintahkan kita agar bertauhid secara murni (beribadah hanya kepada Allah Azza wa Jalla saja, tidak kepada yang selain-Nya), ber‘aqidah yang benar sesuai dengan pemahaman para Shahabat kerana yang demikian itu dapat membawa kepada ketenteraman hati. ‘Aqidah yang diajarkan Islam dapat menjadikan mulia, menampakkan harga diri dan memberikan kelazatan iman.

[2]. Islam memerintahkan agar berbakti kepada kedua orang tua, menghubungkan silaturahmi dan menghormati tetangga.

[3]. Islam mengajarkan agar berbuat dan berupaya untuk memenuhi dan membantu keoerluan-keperluan kaum Muslimin dan meringankan beban kesengsaraan mereka.

[4]. Islam menganjurkan terlebih dahulu memberi ucapan salam kepada setiap muslim yang kita jumpai dan menolong kaum Muslimin.

[5]. Islam menganjurkan agar menziarahi orang yang sakit, menghantar jenazah, menziarahi kubur, dan mendo’akan sesama kaum Muslimin.Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

“Hak seorang muslim atas muslim lainnya ada enam.” (Para Shahabat bertanya), “Apakah ia wahai Rasulullah?” Baginda bersabda, “(1) Apabila engkau berjumpa dengannya, maka ucapkanlah salam, (2) bila ia mengundangmu, maka penuhilah undangannya, (3) bila ia meminta nasihat, maka nasihatilah, (4) bila ia bersin lalu mengu-capkan tahmid (alhamdulillaah), maka do’akanlah (dengan ucapan: ‘Yarhamukallaah’), (5) bila ia sakit, maka jenguklah, dan (6) bila ia wafat, maka hantarkanlah jenazahnya (ke perkuburan).” [2]

[6]. Islam menyuruh agar berlaku adil kepada orang lain dan mencintai apa yang dicintai mereka sebagaimana kita mencintai diri sendiri.

“ …Berlaku adillah, kerana (adil itu) lebih dekat kepada takwa….” [Al-Maa-idah: 8]

[7]. Islam menyuruh berikhtiar untuk mencari rezeki, menjaga kehormatan diri dan mengangkatnya dari keadaan yang hina dan lemah.Dalam mencari rezeki, seseorang hendaknya berikhtiar terlebih dahulu, baru kemudian bertawakal (menggantungkan harapan) hanya kepada Allah Azza wa Jalla, sebagaimana yang diperintahkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam:

Seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan sungguh-sungguh, maka sungguh kalian akan diberikan rezeki oleh Allah sebagaimana Dia memberikannya kepada burung. Pagi hari ia keluar dalam keadaan kosong perutnya, kemudian pulang waktu petang dalam keadaan kenyang.” [3]

[8]. Islam mengajarkan berlaku amanah (dipercaya), menepati janji, baik sangka (husnu zhan), tidak tergesa-gesa dalam segala perkara dan berlumba dalam melakukan kebajikan.

B. KEINDAHAN ISLAM YANG BERUPA LARANGAN-LARANGAN

Di antara keindahan Islam adalah larangan-larangan yang memperingatkan seorang muslim agar tidak terjerumus ke dalam keburukan dan ancaman keras atas akibat buruk dari perbuatan tercela itu. Di antara larangan Islam itu adalah.

[1]. Islam melarang syirik, iaitu menyekutukan Allah Azza wa Jalla dengan sesuatu. Allah Azza wa Jalla berfirman

.“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), dan Allah meng-ampuni (dosa) selainnya bagi siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” [An-Nisaa': 48]

[2]. Islam melarang kekafiran, kefasikan, kederhakaan dan menuruti keinginan hawa nafsu.

[3]. Islam melarang bid’ah (mengadakan sesuatu ibadah yang baru dalam agama).

[4]. Islam melarang riba dan makan harta riba. Allah Subhanahu wa Ta'ala melaknat orang yang makan riba, wakilnya, saksi dan penulisnya.[4]

[5]. Islam melarang sifat takabur, dengki, ujub (bangga diri), hasad, mencela, memaki orang lain dan mengganggu tetangga.

[6]. Islam melarang perbuatan mengumpat (ghibah), iaitu membicarakan keburukan orang lain dan mengadu domba (namimah), iaitu mengadakan provokasi di antara sesama untuk menimbulkan kerosakan dan permusuhan.

[7]. Islam melarang banyak berbicara yang tidak berguna, menyebarluaskan rahsia orang lain, memperolok-olok dan menganggap remeh orang lain.

[8]. Islam juga melarang mencaci-maki, mengutuk, mencela dan ungkapan-ungkapan buruk dan memanggil orang lain dengan panggilan-panggilan buruk.Allah Azza wa Jalla berfirman:

“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (kerana) boleh jadi mereka (yang diperolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita-wanita lain (kerana) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olok) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk (fasiq) sesudah beriman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zhalim. Wahai orang-orang yang beriman. Jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” [Al-Hujuraat: 10-12]

[9]. Islam melarang kita banyak berdebat, bertengkar, majlis yang hina yang dapat membawa kepada kejahatan dan meremehkan orang lain.

[10]. Islam melarang pengkhianatan, perbuatan makar, mungkir janji dan fitnah yang dapat menyebabkan orang lain berada dalam ketidakpastian.[11]. Islam melarang seorang anak derhaka kepada kedua orang tua dan memutus hubungan silaturahim dengan sanak saudara terdekat.

[12]. Islam melarang berburuk sangka, memata-matai dan mencari-cari kesalahan orang lain.

“Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain...” [Al-Hujuraat: 12]

[13]. Islam melarang membuat tato, mencukur bulu wajah, mencukur alis, menyambung rambut (sanggul) dan memakai pakaian yang tidak menutup aurat.Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

“Allah melaknat wanita yang bertatu, wanita yang meminta ditatu, wanita yang mencukur bulu wajah, wanita yang mencukur bulu alis matanya dan wanita yang mengikir giginya agar tampak cantik, mereka telah mengubah ciptaan Allah.” [5]

Dalam riwayat lain, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam melaknat wanita yang menyambung rambut dan meminta disambung rambutnya.

[6]Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengancam dengan masuk Neraka bagi wanita yang tidak berbusana muslimah (berjilbab yang menutupi aurat), Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

“Ada dua golongan penduduk Neraka, yang belum pernah aku lihat keduanya, yaitu suatu kaum yang memegang cemeti seperti ekor sapi untuk mencambuk manusia dan wanita-wanita yang berpakaian tetapi telanjang, ia berjalan berlenggak-lenggok dan kepalanya dicondongkan seperti punuk unta yang condong. Mereka tidak akan masuk Surga dan tidak akan mencium aroma Syurga, padahal sesungguhnya aroma Syurga dapat tercium sejauh perjalanan begini dan begini.”

[7]Syarat jilbab wanita muslimah yang sempurna.

a. Menutup seluruh tubuh, kecuali wajah dan dua telapak tangan.

b. Kainnya tebal, tidak nipis atau transparan.

c. Harus longgar, tidak ketat.

d. Tidak memakai wangi-wangian .

e. Tidak menyerupai pakaian laki-laki.

f. Tidak menyerupai pakaian wanita kafir.[8]

[14]. Islam melarang minuman keras (khamr), mengkonsumsi atau memperjualbelikan dadah dan melarang perjudian.Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

“Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya khamr (minuman keras), berjudi, ( berkorban untuk ) berhala dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah (perbuatan-perbuatan itu) agar kamu beruntung. Dengan minuman keras dan judi itu syaitan bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan melaksanakan shalat, maka tidakkah kamu mau berhenti?” [Al-Maa-idah: 90-91]

[15]. Islam melarang promosi palsu dan dusta, penipuan dalam takaran dan timbangan. Menggunakan harta kekayaan dalam hal yang diharamkan.Allah Azza wa Jalla berfirman.

“ Celakalah bagi orang-orang yang curang. (Iaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang (untuk orang lain), mereka mengurangi.” [Al-Muthaffifin: 1-3]

[16]. Islam melarang perbuatan saling menjauhi satu sama lain, saling bermusuhan, acuh tak acuh dan melarang seorang muslim tidak menegur saudaranya sesama muslim lebih dari tiga hari.Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

" Tidak halal bagi seorang muslim untuk membiarkan saudaranya lebih dari tiga hari, keduanya bertemu tetapi saling memalingkan muka. Dan yang terbaik dari keduanya adalah yang memulai mengucapkan salam.” [9]

[17]. Islam melarang onani, perzinaan, homoseks, lesbian dan membunuh jiwa yang diharamkan Allah Azza wa Jalla. Allah Azza wa Jalla berfirman.

“ Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau hamba yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka (dalam hal ini) tiada tercela. Tetapi barangsiapa mencari yang di balik (zina dan sebagainya) itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.” [Mukminun: 5-7]

[18]. Islam melarang kita menerima raswah) atau memberi kepada orang lain. Dalam sebuah hadits dari ‘Abdullah bin ‘Amr Radhiyallahu 'anhuma.

Rasulullah melaknat orang yang memberi dan orang yang menerima raswah.” [10]

Orang yang memberi raswah dan yang menerima hukumnya sama bagi keduanya,iaitu berdosa. Raswah hukumnya haram, meskipun mereka memakai istilah “hadiah”, “duit kopi”, “saguhati”, dan lainnya.Demikianlah ulasan singkat tentang perintah-perintah dan larangan-larangan Islam yang menunjukkan kebenaran dan keindahannya.


Foote Note

[1]. Lihat ath-Thariq ilal Islam oleh Syaikh Muhammad bin Ibrahim al-Hamd.

[2]. HR. Muslim (no. 2162 (5)) dari Shahabat Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu

[3]. HR. At-Tirmidzi (no. 2344), Ahmad (I/30), Ibnu Majah (no. 4164). At-Tirmidzi berkata, “Hadits ini hasan shahih.” Dishahihkan pula oleh al-Hakim (IV/318) dari Shahabat ‘Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu 'anhu, lafazh ini milik Ahmad.

[4]. HR. Ahmad, Muslim, Abu Dawud dan lainnya.

[5]. HR. Al-Bukhari (no. 4886, 5931, 5948) dan Muslim (no. 2125) dari Shahabat ‘Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu 'anhu. Lihat keterangan lengkap dalam Adabuz Zifaf (hal 202-203).

[6]. HR. Al-Bukhari (no. 5947) dan Muslim (no. 2124) dari Shahabat Ibnu ‘Umar Radhiyallahu 'anhu

[7]. HR. Muslim (no. 2128), dari Shahabat Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu

[8]. Untuk lebih lengkapnya, silakan lihat kitab Jilbabul Mar-atil Mus-limah oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullah

[9]. HR. Al-Bukhari (no. 6077) dan Muslim (no. 2560) dari Shahabat Abu Ayyub al-Anshary Radhiyallahu 'anhu[10]. HR. Abu Dawud (no. 3580), at-Tirmidzi (no. 1337) dan ia berkata: “Hadits hasan shahih.”

No comments:

Post a Comment