Thursday, September 24, 2009

PRINSIP-PRINSIP AQIDAH AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH

Prinsip Kelapan

Dan di antara prinsip Ahlus Sunnah wal Jama'ah adalah membenarkan adanya karamah para wali iaitu apa-apa yang Allah perlihatkan melalui tangan-tangan sebahagian mereka, berupa hal-hal yang luar biasa sebagai penghormatan kepada mereka sebagaimana hal tersebut telah ditunjukkan dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah. Sedang golongan yang mengingkari adanya karamah-karamah tersebut di antaranya Mu'tazilah dan Jahmiyah, yang pada hakikatnya mereka mengingkari sesuatu yang diketahuinya. Akan tetapi kita harus mengetahui bahwa ada sebahagian manusia pada zaman kita sekarang yang tersesat dalam masalah karamah, bahkan berlebih-lebihan, sehingga memasukkan apa-apa yang sebenarnya bukan termasuk karamah baik berupa jampi-jampi, perbuatan ahli sihir, syetan-syaitan dan para pendusta. Perbezaan karamah dan kejadian luar biasa lainnya itu jelas, Karamah adalah kejadian luar biasa yang diperlihatkan Allah kepada para hamba-Nya yang sholeh, sedang sihir adalah perbuatan yang biasa diperlihatkan tukang sihir dari orang-orang kafir dan atheis dengan maksud untuk menyesatkan manusia dan mengambil harta-harta mereka. Karamah bersumber pada keta'atan, sedang sihir bersumber pada kekafiran dan ma'shiyat.

Prinsip Kesembilan


Dan di antara prinsip-prinsip Ahlus Sunnah wal Jama'ah adalah bahwa dalam berdalil selalu mengikuti apa-apa yang datang dari Kitab Allah dan atau Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam baik secara lahir mahu pun bathin dan mengikuti apa-apa yang dijalankan oleh para sahabat dari kaum Muhajirin maupun Anshar pada umumnya dan khususnya mengikuti Al-Khulafaur rasyidin sebagaimana wasiat Rasulullah dalam sabdanya.

" Berpegang teguhlah kamu kepada sunnahku dan sunnah khulafaur rasyidiin yang mendapat petunjuk". (Telah terdahulu takhrijnya).

Dan Ahlus Sunnah wal Jama'ah tidak mendahulukan perkataan siapapun terhadap firman Allah dan sabda Rasulullah. Oleh kerana itu mereka dinamakan Ahlul Kitab Was Sunnah. Setelah mengambil dasar Al-Qur'an dan As- Sunnah, mereka mengambil apa-apa yang telah disepakati ulama umat ini. Inilah yang disebut dasar yang pertama ; yakni Al-Qur'an dan As- Sunnah. Segala hal yang diperselisihkan manusia selalu dikembalikan kepada Al-Kitab dan As- Sunnah. Allah telah berfirman.

"Maka jika kalian berselisih tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu benar-benar beriman pada Allah dan hari akhir, yang demikian itu adalah lebih baik bagimu dan lebih baik akibatnya". (An- Nisaa : 59)


Ahlus Sunnah tidak meyakini adanya kema'shuman seseorang selain Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan mereka tidak berta'ashub pada suatu pendapat sampai
pendapat tersebut bersesuaian dengan Al-Kitab dan As-Sunnah. Mereka meyakini bahwa mujtahid itu bisa salah dan benar dalam ijtihadnya. Mereka tidak boleh berijtihad sembarangan kecuali siapa yang telah memenuhi persyaratan tertentu
menurut ahlul 'ilmi. Perbezaan-perbezaan di antara mereka dalam masalah ijtihad tidak boleh mengharuskan adanya permusuhan dan saling memutuskan hubungan diantara mereka, sebagaimana dilakukan orangorang yang ta'ashub dan ahlul bid'ah. Sungguh
mereka tetap berlemah-lembut perbezaan yang layak(wajar), bahkan mereka tetap saling mencintai dan berwali satu sama lain ; sebahagian mereka tetap shalat di belakang sebahagian yang lain betapapun adanya perbezaan masalah far'i (cabang) di antara mereka. Sedang ahlul bid'ah saling memusuhi, mengkafirkan dan menghukumi sesat kepada setiap orang yang menyimpang dari golongan mereka.

No comments:

Post a Comment